Creative Writing Class (part 1)

By. Lusiana Mono Hevita

Menulis…menulis…menulis. Ibarat mengasah pisau, makin diasah makin tajam, menulis juga begitu. Semakin kita sering menulis, semakin terampil kita. Terampil merangkai kata, memilih gaya bahasa, menambah kosa kata, membahasakan ide-ide yang ada di kepala, dan lain-lain.

Menulis itu seperti meluncurkan anak panah dari busurnya. Sekali meluncur, tidak akan pernah bisa ditarik lagi. Beda jika menggunakan bahasa lisan, ketika kita ‘keseleo lidah’ bisa langsung ngeles, “gue nggak ngomong gitu kok, lo salah denger kali…” aman deh, hehehe. Tapi kalau keburu tertulis, apalagi sudah dipublikasikan…weleh, cape deh ngeralatnya. Menulis adalah proses kreatif, berpikir dan berbuat (menulis). Ada hasil yang kelihatan. Coba bayangkan kalau semua ide itu hanya ada di alam idea saja dan tidak kelihatan mata, bagaimana orang lain bisa tahu betapa brilyannya ide-ide kita, misalnya. Meski sesederhana apapun ide, jika bisa disampaikan dengan cara yang menarik, tentu hasilnya akan menarik pula.

Banyak orang bilang menulis itu sulit memulainya. Sulit mencari kalimat pertamanya. Benarkan? Bukankah setiap apa yang pernah kita pikirkan selalu ada kata-katanya? So, bisa jadi kesulitan itu cuman masalah males mikir. Males mikir artinya, kita malas memikirkan pikiran kita (metacognitive), memikirkan ide-ide kita. Setiap hari selalu ada saja ide bermunculan di kepala. Tapi sekedar muncul dan kita malas memikirkannya lebih lanjut, begitu kan?

Ada juga orang yang enggan menulis karena sulit menemukan kata-kata yang tepat. Sampai cape deh nyari kata-kata. Padahal biarkan kata-kata datang menghampiri kita dan jangan dicari-cari. Artinya tulislah apa yang kita tahu, jangan menulis yang tidak ada dan kita tidak tahu. Makanya menulis menjadi sulit, karena kita sering berpikir ribet dulu sebelum menulis, takut tulisannya jelek, takut salah, nggak pede. Padahal siapa sih yang bisa membenarkan dan menyalahkan tulisan kita? Bukankah segala macam yang kita tulis itu sesuai dengan apa yang kita pikirkan, kita rasakan, kita lihat, kita ketahui dan lain-lain. Ini sedikit yang bisa di-share dari pelatihan menulis bersama Bapak Putu Laxman Pendit, Ph.D. di hari pertama. Percaya deh, yang beliau sampaikan jauh lebih banyak dan menarik dari apa yang sudah saya tulis ini. (Vita)

Leave a comment

Filed under Creative Writing

Leave a comment