Creative Writing Class (part 2)

By. Lusiana Mono Hevita

Menulis secara kreatif itu apa sih? Apa bedanya dengan Menulis saja, nggak pake embel-embel kreatif, dan bukankah semua tulisan itu hasil dari proses kreatif?

Hari-hari selanjutnya, masih tentang pelatihan Menulis Secara Kreatif, Pak Putu menguraikan tentang bagaimana sebuah proses kreatif berjalan. Sebuah tulisan yang kreatif bisa merupakan hasil dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh penulis, yaitu:

Pertama, tulisan tersebut merupakan hasil dari pengetahuan yang dimiliki. So, seorang penulis harus selalu menambah terus basis pengetahuannya dengan banyak membaca buku, hadir di berbagai acara baik seminar, diskusi, dll. Dengan banyak melihat, mendengar, membaca, berdiskusi maka pengetahuan seseorang akan semakin bertambah. Ini jelas sumber ide kan?

Kedua, tulisan kreatif bisa merupakan hasil dari analogi. Begitu banyak fakta, realita, fenomena di sekeliling kita yang sebenarnya bisa kita analogikan. Mengaitkan, menghubung-hubungkan, menyamakan satu dengan lainnya, sehingga bisa menghasilkan sebuah tulisan yang menarik. Misalnya, kemampuan menulis yang kita analogikan seperti pisau. Semakin diasah semakin tajam, dan seterusnya.

Ketiga, seorang penulis harus memiliki pemikiran yang terbuka. Dengan memiliki pemikiran yang terbuka, maka ia bisa menyelami suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang, bisa menerima berbagai kemungkinan dari suatu persoalan dan ini modal yang besar untuk membuat sebuah tulisan yang kreatif. Bayangkan jika membaca tulisan dari orang-orang yang hanya memiliki satu sudut pandang saja, mungkin akan kurang menarik dan membosankan.

Keempat, skeptis. Sebaiknya penulis bagus juga kalau memiliki sikap skeptis. Skeptis di sini dalam arti yang positif yaitu tidak mudah menerima segala sesuatunya apa adanya. Ia harus mencari informasi dan kebenaran dulu sebelum menuliskannya.

Kelima, berpikir kebalikan. Pernahkah membaca tulisan yang isinya sangat berbeda dari pandangan umum (kebanyakan orang) sehingga mungkin jadi terkesan nyeleneh? Ada beberapa penulis kreatif yang menuliskan sesuatu dengan pikiran sebaliknya. Tentunya kita juga harus hati-hati dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Keenam, membentuk logika. Boleh-boleh saja seorang penulis menuliskan apa pun sesuai dengan cara pandangnya, pendapat pribadinya dll., selama tulisan tersebut disusun sesuai dengan logika. Tentunya kita ingin tulisan kita enak dibaca, apalagi bisa ‘mencerdaskan’. Enak dibaca karena runut, teratur, tidak membuat pembaca pusing karena harus mengaitkan setiap persoalan yang diungkapkan, dan masuk akal, tentunya.

Ketujuh, ada masa inkubasi. Tidak selamanya ide bisa langsung jadi tulisan. Mungkin perlu waktu untuk memikirkannya sebelum menjadi tulisan. Masa ini disebut masa inkubasi. Lama masa inkubasi tentu beda-beda. Bisa satu hari, dua hari… atau mungkin hanya beberapa jam saja, tergantung persoalan yang ingin ditulis.

Kedelapan, analisis. Sebagai penulis jelas dong harus melakukan analisis, termasuk menentukan sejauhmana topik tersebut akan kita gali, apa yang ingin kita sampaikan, dan siapa sasarannya.

Jadi, memang benar sih menulis itu mudah, toh tidak ada sesuatu yang tidak ada kata-katanya. Kata-kata tinggal kita susun jadi kalimat. Kalimat jadi paragraf, paragraf jadi sebuah tulisan yang utuh. Semua orang pasti bisa. Tapi menulis secara kreatif, yang lain daripada yang lain, yang menarik dan menggelitik, butuh proses yang juga kreatif. Yiuuuk.

Leave a comment

Filed under Creative Writing

Leave a comment